Tuesday 19 April 2011

BAPAKKU PAHLAWAN

Bapakku bernama Soeparmo, beliau lahir di Situbondo, sebuah kota kecil di pantai utara Jawa Timur pada Tahun 1930, sejak lulus SR (setingkat SD pada saat ini) beliau sudah berjuang saat masih penjajahan jepang, setelah bergabung dalam ketentaraan, perjuangan beliau lebih nyata, hal ini dilakukan beliau dengan kesadaran dan kerelaan serta keikhlasan karena beliau sadar menjadi tentara pada saat jaman perjuangan sangatlah berat, karena pada saat itu fasilitas yang disediakan sangat minim, bahkan satu-satunya alat transportasi yang ada hanyalah sepasang kakinya tapi hal itu tidak pernah menyurutkan langkah perjuangannya, hal itu tampak dari banyaknya bintang jasa yang didapatkan beliau mulai dari clas 1 dan 2 sampai bintang sewindu.



Sehari setelah beliau pensiun pada tahun 1971, beliau langsung mencopot segala atribut ketentaraannya dan menjadi seorang sopir angkot, sebuah keputusan yang amat drastis, hal ini dilakukan beliau dengan kesadaran akan tanggung jawab beliau yang amat besar pada keluarga, beliau sadar bahwa gaji dari pensiunan tentara pada saat itu amat kecil sehingga untuk mencukupi kebutuhan keluarga (seorang istri dan lima orang anak), beliau dengan senang hati melepas segala rasa ego, rasa malu atau merasa turun derajat, dan diubah menjadi cita-cita yang amat luhur yaitu ingin memberi pendidikan setinggi-tingginya untuk anak-anaknya, beliau mempunyai prinsip yang amat tegas bahwa pendidikan jauh lebih penting dari pada harta atau derajat dimata orang lain, bahkan beliau rela tidak bisa membeli kaos baru hanya agar anak-anaknya bisa sekolah.

Setelah Bapak meninggal (Bapak meninggal pada tahun 2007, beliau sebenarnya berhak untuk dimakamkan di TMP karena jasa-jasa beliau, tapi Bapak telah berpesan pada saat terakhir hidup beliau agar dimakamkan di pemakaman umum, sebuah kebesaran hati seorang Pahlawan yang tidak mengharapkan penghormatan !) Perjuangan beliau baru bisa dirasakan oleh anak-anaknya sekarang, karena empat orang anak beliau sekarang manjadi Pegawai Negeri Sipil karena pendidikan bukan karena sogokkan , dan yang seorang lagi manjadi wiraswastawan dibidang otomotif karena hobi.

Perjuangan beliau untuk keluarga baru dapat aku pahami saat ini setelah aku menjadi seorang bapak, ternyata bukan perkara yang mudah untuk menanggalkan ego pribadi dan segala kesenangan dunia demi keluarga tapi Bapakku telah memberi tauladan untukku hingga sekarang aku tahu kenikmatan batiniah yang luar biasa jika aku melihat anakku tertawa ceria, semoga dan selalu. Karena itu tauladan yang diberikan oleh Bapakku akan selalu aku ingat dan manjadi jimat bagiku agar terus berjuang demi keluarga, demi anakku Pandu.

Tulisan ini aku buat karena kerinduanku pada Bapakku, Pahlawanku.

No comments: